Penyebab Tunarungu Pada Anak Berkebutuhan Khusus dan Ciri-cirinya

Penyebab Tunarungu Pada Anak Berkebutuhan Khusus dan Ciri-cirinya

Penyebab Tunarungu pada Anak Berkebutuhan Khusus dan Ciri-cirinya

Gurubagi.com. Anak berkebutuhan khusus tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Akan tetapi, pada saat berkomunikasi barulah kita dapat mengetahui bahwa anak tersebut mengalami tunarungu.

Tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan seseorang kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar.

Tunarungu adalah keterhambatan dalam gangguan penedengaran, atau kehilangan kemampuan mendengar, sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengarannya, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar.

Penyebab Tunarungu

Faktor penyebab tunarungu pada anak, meliputi faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

a. Keturunan

Anak tunarungu dapat terjadi salah satunya karena faktor Keturunan dari salah satu kedua orangtuanya yang mengalami ketunarunguan.

Kondisi genetik yang berbeda ini dapat menyebabkan ketunarunguan, adanya transmisi oleh gen yang dominan represif dan berhubungan dengan jenis kelamin.

Akan tetapi, belum ada kepastian berapa presentase yang menyatakan ketunarunguan ini terjadi karena faktor keturunan.

b. Ibu yang sedang mengandung terkena Campak Jerman (Rubella)

Campak Jerman atau Rubella merupakan infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit. Meskipun  tergolong riungan rubela bisa menualri ibu hamil  terutama pada trimester pertama kehamilan

c. Ibu yang sedang mengandung  keracunan darah Toxaminia

Keracunan toxaminia ini menyebabkan kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin.

Jika saat keracunan hingga menyerang syaraf atau alat-alat pendengaran, maka anak tersebut akan terlahir dalam keadaan tunarungu.

2. Faktor Eksternal

a. Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran.

b. Meningitis atau radang selaput otak

c. Otitis media (radang pada bagian telinga tengah)

d. Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bagian tengah dan dalam.

Jenis-jenis Tunarungu

Berikut ini adalah jenis-jenis tunarungu berdasarkan kondisi tingkat kehilangan pendengarannya, yang biasa di tunjukan dengan satuan decibel (dB)

1.Sangat Ringan (27-40 dB)

Jenis tunarungu sangat ringan ini, mereka masih dapat mendenga dalam jarak yang dekat, dan kesulitan nbelajar di sekolah untuk anak ini masih dapat diatasi.

2. Ringan (41-55 dB)

Anak-anak dengan kodisi tunarungu ringan ini mreka hanya mampu mendengr percakapan kira-kira 3 kaki dengan kondisi percakapan harus berhadapa-hadapan.

Baca :

Mereka sudah tidak mampu memahami percakapan secara diskusi, dan sudah membutuhkan alat bantu dengar dan perlu terapi wicara.

3. Sedang (50-76 dB)

Anak-anak yang mengalami tunarungu sedang, sudah membutuhkan alat bantu dengar sepanjang waktu, dan mereka masih dapat belajar berbicara dengan mengandalkan alat bantu dengar tersebut.

4. Berat (71-90 dB)

Anak dengan kondisi ini sudah tidak dapat berkomunikasi tanpa menggunakan teknik-teknik khusus secara edukatif. Anak jenis ini sudah dianggap tuli dan sudah mulai menggunakan bahasa isyarat.

5. Parah (di atas 90 dB)

Anak dengan kondis tunarungui parah ini cenderung hanya dapat mengenali suara melalui getarannya dari pada pola suaranya.

Karakteristik Anak-anak Tunarungu

1. Segi Intelegensi

Pada umumnya, anak tunarungu ini seringkali memiliki aspek intelegensi yang besumber verbal lebih rendah dari anak normal biasanya, karena dipengaruhi oleh keterhambatan pendengarannya.

Akan tetapi, untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak-anak ini memiliki perkembangan pada penglihatan dan motorik yang sama cepatnya dengan anak normal lainnya.

2. Segi Bahasa dan Bicara

Bahasa merupakan sarana utama dalam berbicara dan berkomunikasi, sedangkan anak tunarungu tidak bisa mendengar, sehingga mengalami hambatan saat  berbicara atau berkomunikasi.

Oleh karena itu, anak-anak ini membutuhkan penangann khusus dan bimbingan yang intensif secara profesional, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya.

3. Segi Emosi

Secara emosional mereka akan mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, karena keterbatasan dalam komunikasi

Anak tunarungu ini dapat melihat semua kejadian yang mereka lihat, akan tetapi tidak mampu untuk memahami dan mengikuti secara menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil.

4. Segi Sosial

Anak-anak tunarungu ini seringkali merasa hidup terasing dan memisahkan diri dari lingkungannya. Hal ini terjadi karena keterbatasan kemampuan untuk melakukan komunikasi secara lisan, sehingga menimbulkan efek negatif bagi anak tersebut.

Demikian ulasan mengenai penyebab tunarungu pada anak berkebutuhan khusus dan karakteristiknya. Semoga bermanfaat.

 

You May Also Like

Tinggalkan Balasan