Baratan, Sebuah Tradisi Unik Menyambut Puasa Ramadhan di Jepara

Baratan, Sebuah Tradisi Unik Menyambut Puasa Ramadhan di Jepara

Gurubagi.com. Tradisi menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan dilakukan diberbagai daerah dengan ciri khasnya masing-masing.

Seperti tadisi yang biasa masyarakat Kota Jepara lakukan dalam menyambut bulan puasa Ramadhan, yang dikenal dengan nama Baratan.

Tradisi Baratan ini berlangsung secara turun temurun dan menjadi acara rutin masyarakat Jepara setiap tahunnya.

Nama Baratan berasal dari Bahasa Arab, yaitu baraah yang berarti kesemalatan, atau barakah yang berarti keberkahan.

Tradisi Baratan terlaksana setiap tahun, ketika 15 hari menjelang Ramadhan, tepatnya pada malam Nisfu Syaban.

Bac : 4 Tradisi Unik Menyambut Puasa Ramadhan di Jawa Tengah

Malam Nisfhu Syakban, yaitu malam pergantian buku catatan amal perbuatan manusia untuk ditutup, dan mengganti dengan buku catatan yang baru. Dengan kata lain persiapan menghadapi Ramadhan dengan hati yang selalu bersih dari segala dosa.

Sejarah Tradisi Baratan

Tradisi Baratan adalah budaya menyambut puasa Ramadhan oleh masyarakat Jawa Tengah daerah Jepara tepatnya di Kalinyamatan. Tradisi ini berupa arak-arakan lampion yang biasa dilaksanakan sejak 15 hari sebelum puasa Ramadhan.

Sejarah tradisi Baratan dari berbagai sumber mengatakan bahwa asal-usul tradisi ini masih erat hubungannya dengan keberadaan Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat  adalah seorang puteri raja Demak Trenggana yang menjadi Bupati Jepara.

Berikut ini sejarah tradisi Baratan dari berbagai versi.

Versi Pertama

Sultan Hadirin (Sayyid Abdurrahman Ar Rumi) berperang melawan Aryo Penangsang dan terluka. Setelah itu sang isteri Nyai Ratu Kalinyamat (Retno Kencono) membawanya pulang ke Jepara dengan kawalan prajurit dan dayang-dayang.

Nyai Ratu Kalinyamat beserta rombongan saat pulang membawa suaminya melewati sepanjang jalan desa, sehingga masyarakat mengetahui peristiwa menjelang wafatnya Sultan Hadirin.

Sebagai contoh saat rombongan melewati suatu desa, mendadak tercium bau harum semerbak (gondo) dari jasad Sultan, sehingga desa tersebut sekarang kita kenal dengan nama Purwogondo.

Versi Kedua

Sultan Hadirin tewas setelah berperang melawan Aryo Penangsang dan jenazahnya dibawa pulang oleh isterinya (Ratu Kalinyamat) pulang ke Jepara.

Peristiwa itu berlangsung malam hari, sehingga masyarakat sepanjang jalan yang ingin menyaksikan dan menyambut rombongan Ratu Kalinyamat harus membawa alat penerangan.

Alat penerangan menggunakan obor bagi rakyat jelata, sedangkan bagi kaum bangsawan dan orang cina mereka membawa lampion.

Versi Ketiga

Sejarah tradisi memperingati Nisfu Sya’ban, setiap 15 hari sebelum Ramadhan dengan menyalakan lilin atau obor. Obor tersebut terpasang pada bagian depan rumah masing-masing warga, sedangkan para anak muda membawa obor mengelilingi kampung.

Nisfu Sya’ban mengandung makna, penutupan buku catatan amal umat Islam, sehingga dengan menyalakan obor depan rumah dan membawa obor keliling kampung harapannya, catatan amal warga sekampung terang dan baik.

Pelakasanaan

Pada tahun 2002 sekumpulan komunitas anak muda dari Jepara yang tergabung dalam Sanggar Lembayung Desa Margoyoso-kalinyamatan, mengubah tradisi Baratan yang hanya biasa dilakukan oleh masyarakat Kalinyamatan menjadi karnaval dengan aksi teatrikal Ratu Kalinyamat, penggagasnya adalah Winahyu.

Tradisi Baratan ini tepatnya digelar di Jepara, Kecamatan Kalinyamat, karena sangat erat kaitannya dengan Ratu Kalinyamat, Bupati Jepara pertama. Prosesi tradisi Baratan bermula dari Masjid Al-Makmur, Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan yang diawali dengan sholat Maghrib berjamaah.

Setelah sholat magrib berjamaah dan  melakukan doa bersama dilanjutkan bancaan dengan nasi puli sebagai hidangan utama dari para warga sekitar. Selanjutnya karnaval arak-arakan yang diikuti oleh berbagai kesenian dari kalangan masyarkat.

Arak-arakan berawal dari Masjid Al Makmur dan berakhir di Kecamatan Kalinyamatan. Pembukaan acara Arak-arakan oleh Bupati Jepara. Sementara, karnaval dipimpin langsung oleh sang Ratu Kalinyamat berikut pasukannya.

Nilai yang Terkandung dalam Pesta Baratan

Tradisi Baratan di daerah Jepara banyak mengandung makna yang sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat. Berikut ini beberapa nilai yang dapat masyarakat petik dari pesta Baratan.

1. Nilai Agama

Tradisi baratan merupakan sarana syiar Islam, karena dalam pelaksanaan terdapat pembacaan surah Yasin sebanyak tiga kali. Pembacaan surat Yasin ini bertujuan agar pembaca panjang umur, mendapatkan rizki yang melimpah, dan tetap dalam keadaan iman Islam hingga akhir hayat.

Melakukan salat berjamaah, dan bedoa bersama-sama juga kegiatan lainya yang berhubungan dengan keagamaan Islam. Acara ini dapat meningkatkan ketaqwaan, menambah iman, dan mempererat tali silaturrahim atau ukhuwah Islamiah.

2. Nilai Ekonomi

Di dalam pelaksanaan pesta Baratan hampir, hampir semua masyarakat memasang lampion pada bagian depan rumahnya, sebagai simbol penerangan kehidupan.  Dengan demikian masyarakat harus  membeli lampion dan memberikan tambahan pendapapatan Pengrajin dan pedagang lampion.

3. Nilai Sosial

Tradisi Baratan ini menarik perhatian dan mengumpulkan orang, hampir semua masyarakat ikut merayakannya. Hal ini menunjukan terjadi interaksi sosial dengan berkumpul dan bekerja sama untuk menumbuhkan persaudaraan dalam menyukseskan pelaksanaan pesta Baratan.

Tradisi Baratan masyarakat Jepara syarat dengan makanan puli.  Mereka membuat puli dan membagikan ke tetangga, serta membawa ke masjid atau musala untuk dimakan bersama-sama. Kerja sama juga tercermin dari kekompakan tim peserta arak-arakan.

4. Nilai Budaya

Tradisi baratan merupakan tradisi  budaya turun temurun yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat  Kalinyamatan. Budaya   tersebut   dapat   lestari   karena   tradisi baratan selalu ada setiap tahunnya.

5. Nilai Kreativitas

Di dalam acara Baratan ini juga  terdapat acara karnaval, masyarakat membuat tumpeng dari puli terunik, lampion terbaik, serta kostum terbagus. Hal ini akan mendorong kreativitas masyarakat untuk membuat berbagai inovasi nasi puli, lampion, serta kostum.

Demikian ulasan mengenai Baratan, tradisi unik menyambut Puasa Ramadhan di Jepara. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan