10 Fakta Unik Kehidupan Suku Baduy yang Perlu Diketahui

10 Fakta Unik Kehidupan Suku Baduy yang Perlu Diketahui

Gurubagi.com. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman budaya, mulai dari suku bangsa, tarian, musik, adat, dan bahasa.

Salah satu kebudayaan di Indonesia yang sangat menarik untuk dibahas adalah kehidupan Suku Baduy.

Suku Baduy menyebut diri mereka sebagai Urang Kenekes. Urang berarti orang dalam bahasa Sunda, Kenekes adalah wilayah suci mereka yang terletak di Gunung Kendeng, daerah Banten selatan Jawa.

Baca : Cara Hidup Sehat Suku Baduy Pada Masa Pandemi yang Perlu Ditiru

Orang Baduy berpegang teguh pada cara hidup tertutup, mereka terlepas dari godaan dunia modern. Akan tetapi, justru inilah yang menjadi daya tarik Suku Baduy bagi pengunjung atau turis.

10 Fakta Unik Kehidupan Suku Baduy

Suku Baduy memiliki beragam fakta menarik yang sangat jarang diketahui. Berikut adalah 10 fakta unik yang perlu diketahui dari kehidupan Suku Baduy.

1. Suku Baduy  patuhi  aturan yang ditetapkan Pu’un (Kepala Suku)

Suku Baduy Dalam yang memiliki kepala adat atau Pu’un. Pu’un  adalah orang yang memiliki kelebihan yang berbeda dari pada warga biasa.

Mereka selalu mematuhi semua kebiasaan dan aturan dari Pu’un (Kepala Suku). Kepatuhan ini bersifat mutlak untuk kehidupan bersama.

Tugas dari Pu’un yaitu menentukan masa tanam dan panen, menerapkan hukum adat kepada warganya, dan mengobati yang sakit.

2. Hemat dan gemar berjalan kaki

Suku Baduy tidak bergantung pada teknologi, dan terdapat larangan menggunakan kendaraan seperti motor atau mobil, tetapi hal tidak membuat Suku Baduy merasa terasing dari dunia luar.

Masyarakat Suku Baduy selalu berjalan kaki apabila mengunjungi kerabatnya yang tinggal di kota besar untuk bertamu maupun berjualan hasil ladang dan kerajinan tangan khas Suku Baduy.

3. Kekayaan tidak terlihat dari mewahnya rumah

Suku Baduy memiliki  bentuk rumah yang  hampir serupa satu sama lainnya. Status kekayaan Suku Baduy  tergantung pada tembikar yang terbuat dari kuningan yang berada dalam rumah.

Semakin banyak tembikar yang mereka miliki, menandakan status keluarga tersebut semakin tinggi dan terpandang.

4. Larangan menggunakan gelas atau piring sebagai perlatan makan

Masyarakat Suku Baduy harus taat dan patuh terhadap peraturan adat yang melarang untuk menggunakan peralatan modern.

Sehingga saat ketua suku menggelar operasi yang melibatkan puluhan warga Badui  dan Baduy Pendamping yang ditunjuk tetua adat, maka masyarakat Baduy harus mentaatinya.

Apabila dalam operasi tersebut petugas menemukan peralatan modern maupun barang perabotan rumah tangga, maka masyarakat Baduy harus rela jika akan dimusnahkan.

5. Rumah tidak bersemen

Bangunan rumah Suku Baduy tidak menggunakan semen melainkan dengan berbagai bahan alami seperti kayu dan bambu. Kayu, bambu, dan bahan-bahan alami lainnya menggantikan fungsi semen dan batu bata.

Potongan-potongan kayu dipakai untuk menopang rumah, anyaman bambu  sebagai lantai dan dinding rumah, sementara bilah-bilah bambu bahkan sanggup dirangkai membentuk jembatan besar yang melintangi sungai.

6. Peralatan mandi dari alam

Sebegitu cintanya dengan alam, Suku Baduy tidak menggunakan peralatan yang mengandung bahan kimia, begitu pula dengan plastik.

Suku ini bahkan tidak mengguanakan sampo, sabun, maupun pasta gigi, karena akan mencemari lingkungan air yang menjadi sumber kehidupan mereka.

7. Mengebumikan jenazah tanpa kuburan

Suku Baduy juga memiliki lahan untuk pemakaman jenazah. Namun, lahan itu berada di belantara hutan dan tidak ada tanda seperti gundukan atau tancapan batu nisan sebagaimana lazimnya.

Usai menggali liang kubur, warga Baduy akan meratakan lahan kuburan ke bentuk semula. Selang tujuh hari, mereka akan membiarkan lahan tersebut tumbuh rerumputan seperti biasanya, bahkan memakai lagi lahan tersebut buat berladang.

8. Pakaian suku berbeda

Masyarakat Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok yaitu Suku Baduy dalam dan Suku Baduy luar. Suku Baduy Dalam menggunakan pakaian berwarna putih lengkap dengan ikat kepala yang juga berwarna putih sebagai lambang kesucian. Sedangkan Baduy Luar menggunakan pakaian berwarna biru gelap dan hitam.

Untuk memenuhi kebutuhan sandangnya masyarakat suku baduy melakukan penanaman biji kapas, memanen, memintal, dan menenun sendiri kain,  kemudian menggunakannya sebagai bahan pakaian.

9. Bergotong Royong jadi Budaya

Gotong royong menjadi salah satu budaya suku ini. Tidak memiliki tempat yang tetap (nomaden) membuat Suku Baduy Dalam harus berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain yang lebih subur.

Oleh karena itulah, gotong royong suku ini menjadi budaya yang dijunjung tinggi untuk kebersamaan.

10. Larangan berkunjung selama 3 bulan

Warga Baduy Dalam menjalankan tradisi Kawalu. Kawalu adalah puasa warga Baduy Dalam sebanyak tiga kali selama tiga bulan.

Pada saat tradisi Kawalu berjalan, Suku Baduy Dalam melarang pengunjung masuk. Apabila ada kepentingan, biasanya pengunjung hanya boleh berkunjung sampai Baduy Luar namun tidak ada larangn untuk  menginap.

Demikian 10 fakta unik yang perlu diketahui dari kehidupan Suku Baduy. Semoga bermanfaat.

 

Tinggalkan Balasan