Sistem Koloid, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contohya Dalam Kehidupan

Sistem Koloid, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contohya Dalam Kehidupan

Gurubagi.com. Koloid merupakan salah satu jenis campuran. Istilah koloid mungkin belum banyak orang ketahui, akan tetapi koloid sebenarnya banyak kita temukan di kehidupan sehari-hari.

Koloid adalah suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat heterogen, akan tetapi memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-10000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall.

Secara sederhana, pengertian koloid adalah campuran hampir homogen antara fase terdispersi dan fase pendispersi. Campuran ini hampir homogen, artinya campuran dua zat hampir menyatu dan sulit dibedakan.

Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut. Akan tetapi, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah.

Ciri-ciri Koloid

Berikut ini adalah beberapa ciri ciri dari koloid.

1. Berbentuk heterogen karena sebagai larutan.

2. Meskipun koloid bersifat heterohen, akan tetapi koloid tidak dapat disaring.

3. Sistem koloid menjadi tetap atau stabil karena terdapat gaya tarik menarik yang akhirnya menimbulkan berlangsungnya gabungan dan sedimentasi.

4. Dimensi suau partikelnya kurang dari 1 nm, sehingga dibutuhkan mokroskop khusus untuk mengamati koloid.

Jenis-jenis koloid

Berdasarkan perbedaan antara fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid dibagi menjadi 8 (delapan) jenis, sebagai beirkut.

1. Sol Padat

Sol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang padat juga. Sol padat ini terbentuk karena pengaruh tekanan dan suhu, sehingga menghasilkan padatan yang kokoh dan keras.

Contohnya, batuan ruby (batuan permata). Batuan ruby ini merupakan padatan kromium (Cr) yang tersebar dalam padatan aluminium oksida. Dengan demikian, padatan kromium (Cr) itu sebagai fase terdispersi dan padatan aluminium oksida (AI2O3) sebagai medium pendispersi.

2. Aerosol Padat

Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi gas. Contohnya, asap kendaraan. Asap kendaraan mengandung padatan berupa timbal, karbon, karbon monoksida, dan lain sebagainya yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari mesin.

Oleh karena itu, ketika kita melewati kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap, kadang kita akan merasakan kelilipan karena adanya padatan (fase terdispersi) di dalam asap (medium pendispersi).

3. Sol

Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak mudah berubah sifatnya. Jadi, bedanya sol dengan sol padat itu terletak di medium pendispersinya.

Baca : Teknik Pemisahan Campuran Dilengkapi Contoh dan Gambarnya

Jika sol padat mediumnya padat, sedangkan sol mediumnya cair. Contohnya, cat tembok. Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di antaranya kalsium karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya.

Zat padat (fase terdispersi) inilah yang mengalami penyebaran dalam medium cair (medium pendispersi) yang berupa air (H2O).

4. Aerosol

Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi berupa gas. Jadi, bedanya aerosol dengan aerosol padat terletak pada fase terdispersinya. Aerosol tidak bisa bertahan lama.

Hal ini karena zat penyusunnya yang mudah rusak oleh perubahan suhu dan tekanan udara lingkungan, contohnya adalah parfum. Saat parfum disemprotkan di udara, cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang wujudnya gas sebagai merupakan medium pendispersi.

5. Emulsi Padat

Emulsi padat memiliki fase terdispersi berupa cairan dalam medium pendispersi padat. Contohnya, agar-agar. Agar-agar terbuat dari air (fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk agar-agar (medium pendispersi).

Pada saat bubuk agar-agar dipanaskan dalam air, serat dari agar-agar akan bergerak bebas. Saat proses pendinginan, serat tersebut akan saling merapat dan memadat. Jadi, pada agar-agar itu, partikel-partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel agar-agar.

6. Emulsi

Apabila fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan, maka disebutnya emulsi. Emulsi biasanya tersusun oleh cairan dengan kepolaran senyawa yang berbeda, sehingga tidak saling bercampur. Contohnya adalah susu.

Emulsi pada campuran susu dan air itu terjadi ketika partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel-partikel susu. Nah, karena partikel air dan susu ini punya level kepolaran yang beda, maka kedua zat ini ga bisa bercampur dengan sempurna, sehingga susu itu termasuk koloid, bukan larutan.

7. Buih Padat

Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi padatan, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam padatan, contohnya adalah spons.

Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah padatan, tapi ketika dipencet ternyata isinya udara. Itu tandanya, partikel-partikel udara atau gasnya tersebar dalam medium padat, ya.

8. Buih

Jenis koloid yang terakhir, yaitu buih. Bedanya dengan buih padat, kalau buih memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi cair, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam cairan. Contohnya, buih sabun karena adanya udara (fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi).

Hal ini terjadi karena molekul sabun yang saling tarik menarik membentuk jaring atau lapisan yang dapat menjebak udara, sehingga membentuk gelembung-gelembung bening berisi udara.

Demikian ulasan mengenai sistem koloid, ciri-Ciri, jenis, dan contohya dalam lehidupan. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan