4 Tradisi Unik Menyambut Puasa Ramadhan di Jawa Tengah
Gurubagi.com. Kemeriahan puasa Ramadhan biasanya diwarnai dengan tradisi unik dari berbagai daerah dalam menyambut bulan mulia tersebut.
Kebudayaan menyambut puasa Ramadhan ini perlu dilestarikan secara turun-temurun agar tidak punah dan menjadi bekal pengetahuan untuk anak cucu kelak.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling ditunggu kedatangannya oleh umat Islam. Semua umat Islam dari berbagai belahan dunia menyambut kedatangan bulan suci ini dengan berbagai cara yang unik, begitu juga umat muslim di Indonesia.
Tradisi unik menyambut kedatangan bulan Ramadan terlihat dalam berbagai festival yang mengundang wisatawan untuk menyaksikannya, sehingga secara tidak langsung dapat saling berkumpul dan bersilaturahmi.
Baca : Bakar Batu. Tradisi Unik Sambut Puasa Ramadhan Muslim Papua
Daerah Jawa Tengah juga memiliki beberapa tradisi unik dalam menyambut puasa Ramadhan, Kemeriahan tradisi menyambut Ramadhan di Jawa Tengah, sangat menarik untuk diketahui.
Beriukut ini adalah 4 tradisi unik menyambut puasa Ramadhan di Jawa Tengah.
1. Baratan
Festival Baratan ini berlangsung setiap tahun di daerah Jepara, yaitu setiap 15 Syaban dalam penanggalan Hijriah atau 15 Ruwah dalam penanggalan Jawa (malam nishfu Syaban).
Arti baratan secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang bermakna berkah atau keselamatan. Tradisi Baratan ini erat kaitannya dengan sosok Ratu Kalinyamat, Bupati Jepara pertama.
Berawal dari kisah dari Ratu Kalinyamat yang membawa pulang jenazah suaminya yang tewas dibunuh. Masyarakat kemudian membuat arak-arakan untuk mengenang kisah itu setiap menjelang bulan Puasa.
Penyelanggaraan Festival Baratan ini dilaksanakan di Masjid Al-Makmur, Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara.
Prosesi Baratan dimulai dengan sholat maghrib berjamaah, selanjutnya membaca doa-doa kemudian Sholay Isya berjamaah. Setelah itu, melaksanakan kenduri dan karnaval.
Di dalam festival karnaval ini, masyarakat Jepara akan menyalakan obor pada setiap depan rumah mereka dan mengaraknya keliling kampung. Karnaval juga diikuti oleh berbagai kesenian, seperti barongan, reog, dan barongsai.
2. Dandangan
Dandangan merupakan tradisi penyambutan Ramadhan yang berasal dari Kabupaten Kudus. Adapun acara dandangan ini berpusat di Masjid Menara Kudus yang tidak jauh dari Makam Sunan Kudus.
Dandangan berawal dari sebuah kebiasaan para Santri dengan berkumpul di serambi masjid untuk menunggu pengumuman awal puasa dari Sunan Kudus. Nama Dandangan itu sendiri berasal dari bentuk bunyi bedug masjid yang selalu berbunyi ‘dang, dang, dang’.
Perayaan Dandangan juga berisis kegiatan kirab budaya yang menampilkan potensi-potensi masyarakat Kudus.
Masyarakat kudus banyak memiliki potensi hasil usaha, seperti batik, batil (merapikan rokok), rumah adat Kudus, diorama Sunan Kudus dan Kiai Telingsing, hingga seni rebana.
Kini dandangan menjelma menjadi pasar rakyat yang ramai penuh pengunjung yang datang saat menjelang puasa. Beberapa pedagang ikut meramaikan dengan menjajakan berbagai jenis kuliner daerah, permainan tradisional, dan kerajinan lainnya.
3. Ruwahan
Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan menyambut bulan puasa masyarakat Jawa. Masyarakat mengadakan tradisi ini biasanya saat pertengahan bulan Ruwah, atau bulan kedelapan kalender Jawa, yang bertepatan dengan Sya’ban dan kalender Hijriah.
Tradisi ruwahan ini bisanya dapat terlihat dengan adanya kegiatan ziarah kubur. Seluruh anggota keluarga mengunjungi makam leluhur mereka seperti kakek atau nenek yang telah meninggal, lalu membersihkan area makam dan berdoa bersama.
Selain ziarah, tradisi ini juga diwarnai dengan berbagai makanan lezat yang wajib hadir untuk melengkapi ruwahan dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Berbagai jenis makanan yang kerap ada saat tradisi ruwahan, seperti kolak, kue apem, dan ketan. Membagikan makanan tersebut kepada tetangga sekitar sebagai salah satu bagian dari pelaksanaan tradisi.
Selain lezat, berbagai makanan tersebut ternyata sarat akan makna, seperti kolak melambangkan hubungan dalam persaudaraan yang semakin dewasa dan penuh rejeki atau menjadi simbol untuk mengingatkan kita terhadap Khaliq atau Sang Pencipta.
Sedangkan ketan yang bertekstur lengket menjadi simbol eratnya tali silaturahmi antar masyarakat. Sedangkan kue apem memiliki makna sebagai ungkapan saling memaafkan jika terjadi kesalahan.
Selain tiga makanan tadi yang menjadi ciri khas saat ruwahan, juga melaksanakan sedekah ruwahan secara bersama-sama. Biasanya, setiap kelurga besar akan menyajikan nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauknya, dan membagikannya kepada para warga yang datang.
4. Dugderan
Dugderan merupakan pesta rakyat yang berlangsung tepat sehari sebelum puasa Ramadan. Istilah Dugderan berasal dari bunyi suara tabuhan bedug (dug) yang serta suara meriam atau mercon. Perpaduan bunyi suara inilah yang menjadi awal mula penamaan tradisi ini.
Tradisi dugderan ini berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Kedatangan bulan suci bagi umat Islam ini terlaksana dengan meriah dalam acara Dugderan. Tradisi ini berlangsung dengan menabuh bedug untuk menentukan ketetapan jatuhnya tanggal 1 Ramadan.
Dugderan ini memberikan arti untuk mengingatkan masyarakat bahwa bulan Ramadhan akan tiba, selain itu juga untuk mempererat silaturahmi antar saudara dan masyarakat sekitarnya. Arak-arakan dengan membawa maskotnya atau Warak Ngendok ini telah menarik perhatian masyarakat untuk berkumpul menyaksikannya.
Demikian ulasan mengenai 4 tradisi unik menyambut puasa ramadhan di Jawa Tengah. Semoga bermanfaat.